Tradisi Wayang Kulit Menyambut Suro
Sambut Tahun Baru Hijriah dan Suro, masyarakat Kelurahan Mlangsen Blora memiliki tradisi sendiri yang terus dilestarikan sampai saat ini. Salah satunya adalah dengan selalu mementaskan pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk yang dilaksanakan di Jl Kenanga eks pasar pitik Mlangsen Blora, Rabu (14/10) malam. Namun sejumlah prosesi budaya dilaksanakan sebelum pementasan wayang kulit tersebut.
Di antaranya dengan melakukan bancaan di Balai Kelurahan pada Selasa (13/10) malam, yang kemudian dilanjutkan dengan kirab mengelilingi Kelurahan Mlangsen pada tengah malam atau tepat pukul 24:00. Arak-arakan keliling kampung diikuti oleh ratusan warga, setelah selesai kembali dilakukan bancaan.
Kemudian juga dipentaskan seni barong singo lodro di tempat gang Koplak yang ada di sekitar alon-alon Blora. Baru setelah itu di pentaskan wayang kulit yang kali ini mengambil lakon Kresno Gugah dengan dalang Ki Mudho Sutarno.
“Semua kegiatan tersebut memang untuk menyambut tahun baru hijriah dan Suro, juga untuk melestarikan budaya yang sudah lama ada dan menjadi lebih semarak,” jelas Kepala Kelurahan Mlangsen Blora Budiman.
Alumnus STPD ini menambahkan bahwa pentas Wayang Kulit selalu diadakan setiap datangnya tahun baru Hijriah atau tanggal 1 atau malam 2 Muharram/Suro. Sekaligus peringatan 1 Suro penanggalan Jawa. Kegiatan itu sudah menjadi tradisi bahwa setiap datanganya bulan Muharam atau tahun baru Hijriah, warga Mlangsen selalu melaksanan pentas Wayang Kulit, serta rangkaian kegiatan lainnya.
Menurutnya, tradisi tersebut sudah dilaksanakan mulai tahun 1967 sampai saat ini, awalnya pertunjukan dengan wayang krucil, pernah juga wayang golek, namun setelah itu selalu wayang kulit dan lokasi yang dipilih selalu berada di eks Pasar Pitik atau sekarang dikenal dengan Jl Kenanga. Pilihan tersebut memang bukan tanpa alasan, sebab pasar pitek persis berada di sebelah selatan Alon-alon Blora, sehingga bisa memudahkan warga untuk menyaksikannya.
“Mari kita sambut tahun baru Hijriah dengan penuh semangat dan meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Allah. Agar pada tahun yang baru ini, kita semua lebih sukses dan pembangunan di Blora bisa berjaln dengan baik dan lancar,”
ujar Budiman.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora Slamet Pamuji yang hadir mewakili Penjabat (Pj) Bupati Blora Ihwan Sudrajat mengatakan kalau tradisi wayangan di Kelurahan Mlangsen merupakan salah satu tradisi budaya yang patut dilestarikan. “Saya menyambut baik kegiatan ini karena kegiatan budaya sekaligus sebuah kearifan lokal yang patut dilestarikan,” katanya.
Sumber : Suara Merdeka
Di antaranya dengan melakukan bancaan di Balai Kelurahan pada Selasa (13/10) malam, yang kemudian dilanjutkan dengan kirab mengelilingi Kelurahan Mlangsen pada tengah malam atau tepat pukul 24:00. Arak-arakan keliling kampung diikuti oleh ratusan warga, setelah selesai kembali dilakukan bancaan.
Kemudian juga dipentaskan seni barong singo lodro di tempat gang Koplak yang ada di sekitar alon-alon Blora. Baru setelah itu di pentaskan wayang kulit yang kali ini mengambil lakon Kresno Gugah dengan dalang Ki Mudho Sutarno.
“Semua kegiatan tersebut memang untuk menyambut tahun baru hijriah dan Suro, juga untuk melestarikan budaya yang sudah lama ada dan menjadi lebih semarak,” jelas Kepala Kelurahan Mlangsen Blora Budiman.
Alumnus STPD ini menambahkan bahwa pentas Wayang Kulit selalu diadakan setiap datangnya tahun baru Hijriah atau tanggal 1 atau malam 2 Muharram/Suro. Sekaligus peringatan 1 Suro penanggalan Jawa. Kegiatan itu sudah menjadi tradisi bahwa setiap datanganya bulan Muharam atau tahun baru Hijriah, warga Mlangsen selalu melaksanan pentas Wayang Kulit, serta rangkaian kegiatan lainnya.
Menurutnya, tradisi tersebut sudah dilaksanakan mulai tahun 1967 sampai saat ini, awalnya pertunjukan dengan wayang krucil, pernah juga wayang golek, namun setelah itu selalu wayang kulit dan lokasi yang dipilih selalu berada di eks Pasar Pitik atau sekarang dikenal dengan Jl Kenanga. Pilihan tersebut memang bukan tanpa alasan, sebab pasar pitek persis berada di sebelah selatan Alon-alon Blora, sehingga bisa memudahkan warga untuk menyaksikannya.
“Mari kita sambut tahun baru Hijriah dengan penuh semangat dan meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Allah. Agar pada tahun yang baru ini, kita semua lebih sukses dan pembangunan di Blora bisa berjaln dengan baik dan lancar,”
ujar Budiman.
Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora Slamet Pamuji yang hadir mewakili Penjabat (Pj) Bupati Blora Ihwan Sudrajat mengatakan kalau tradisi wayangan di Kelurahan Mlangsen merupakan salah satu tradisi budaya yang patut dilestarikan. “Saya menyambut baik kegiatan ini karena kegiatan budaya sekaligus sebuah kearifan lokal yang patut dilestarikan,” katanya.
Sumber : Suara Merdeka
0 Response to "Tradisi Wayang Kulit Menyambut Suro"
Post a Comment