Hukuman Denda Lebih Efektif “Memaksa” Orang Berhenti Merokok
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2013 merilis data setidaknya hampir enam juta orang per tahun, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah, meninggal karena rokok. Jika tak ada langkah preventif jumlah kematian diperkirakan bakal terus meningkat hingga delapan juta per tahun pada 2030. Untuk menekan jumlah perokok berbagai upaya ditempuh mulai dari kampanye anti rokok, larangan merokok di tempat umum hingga memasang gambar-gambar menakutkan akibat merokok.
Mencari langkah paling efektif untuk membuat perokok berhenti menghisap tembakau, sekelompok peneliti di Amerika Serikat bekerja sama dengan sebuah perusahaan obat yang cukup ternama mengadakan sebuah riset. Penelitian ini untuk mengetahui apakah sebenarnya faktor paling kuat membuat orang berhenti merokok. Peneliti mencoba mencari jawaban apakah imbalan yang besar atau denda yang paling ampuh membuat orang berhenti merokok.
Program denda peserta diminta untuk menyerorkan deposit $ 150; enam bulan kemudian, orang-orang yang telah berhenti merokok akan mendapatkan deposit mereka kembali, bersama dengan imbalan $ 650. Dalam program reward, peserta hanya menawarkan pembayaran $ 800 jika mereka tinggal off rokok selama enam bulan.
Pada penelitian ini obyek penelitian adalah para karyawan. Mereka dipilih secara acak dan diberi beragam pilihan program berhenti merokok. Program yang dimaksud adalah mendapat hadiah jika bisa berhenti atau memilih program menerima denda jika gagal berhenti merokok. Ternyata yang paling banyak dipilih adalah program hadiah. Para peneliti menemukan bahwa menawarkan insentif jauh lebih efektif menarik perhatian orang untuk berhenti merokok dibandingkan dengan pendekatan tradisional, seperti memberikan bantuan bantuan gratis, seperti konseling atau terapi pengganti nikotin seperti permen karet, atau obat.
Program hadiah lebih banyak dipilih oleh subyek penelitian, tetapi ternyata hanya sebagian kecil dari mereka yang benar-benar berhenti merokok. Satu hal yang menarik mereka yang memilih resiko denda jika gagal berhenti justru menunjukan angka keberhasilan yang lebih tinggi hampir dua kali lipat.
Penemuan dianggap bakal menjadi masukan bagi perusahaan besar yang tengah mencari fasilitas apa yang akan ditawarkan pada karyawan di era meningkatnya biaya perawatan kesehatan. Kebanyakan pengusaha besar, yang menanggung banyak biaya, menawarkan insentif untuk perilaku kesehatan baik. Mereka mempromosikan dalam bentuk program-program kesehatan karyawan, tapi sampai saat ini mereka hanya punya sedikit bukti keberhasilan program tersebut. CVS, yang membantu melakukan penelitian, menggunakan temuan ini untuk merancang penghentian insentif merokok bagi lebih dari 200.000 karyawan.
"Para pengusaha besar menghabiskan rata-rata $ 800 sampai $ 900 per karyawan per tahun " kata Dr Halpern, salah seorang peneliti. Ia menambahkan bahwa pengeluaran kesehatan naik hampir dua kali lipat dalam lima tahun.
Mencari langkah paling efektif untuk membuat perokok berhenti menghisap tembakau, sekelompok peneliti di Amerika Serikat bekerja sama dengan sebuah perusahaan obat yang cukup ternama mengadakan sebuah riset. Penelitian ini untuk mengetahui apakah sebenarnya faktor paling kuat membuat orang berhenti merokok. Peneliti mencoba mencari jawaban apakah imbalan yang besar atau denda yang paling ampuh membuat orang berhenti merokok.
Program denda peserta diminta untuk menyerorkan deposit $ 150; enam bulan kemudian, orang-orang yang telah berhenti merokok akan mendapatkan deposit mereka kembali, bersama dengan imbalan $ 650. Dalam program reward, peserta hanya menawarkan pembayaran $ 800 jika mereka tinggal off rokok selama enam bulan.
Pada penelitian ini obyek penelitian adalah para karyawan. Mereka dipilih secara acak dan diberi beragam pilihan program berhenti merokok. Program yang dimaksud adalah mendapat hadiah jika bisa berhenti atau memilih program menerima denda jika gagal berhenti merokok. Ternyata yang paling banyak dipilih adalah program hadiah. Para peneliti menemukan bahwa menawarkan insentif jauh lebih efektif menarik perhatian orang untuk berhenti merokok dibandingkan dengan pendekatan tradisional, seperti memberikan bantuan bantuan gratis, seperti konseling atau terapi pengganti nikotin seperti permen karet, atau obat.
Program hadiah lebih banyak dipilih oleh subyek penelitian, tetapi ternyata hanya sebagian kecil dari mereka yang benar-benar berhenti merokok. Satu hal yang menarik mereka yang memilih resiko denda jika gagal berhenti justru menunjukan angka keberhasilan yang lebih tinggi hampir dua kali lipat.
Penemuan dianggap bakal menjadi masukan bagi perusahaan besar yang tengah mencari fasilitas apa yang akan ditawarkan pada karyawan di era meningkatnya biaya perawatan kesehatan. Kebanyakan pengusaha besar, yang menanggung banyak biaya, menawarkan insentif untuk perilaku kesehatan baik. Mereka mempromosikan dalam bentuk program-program kesehatan karyawan, tapi sampai saat ini mereka hanya punya sedikit bukti keberhasilan program tersebut. CVS, yang membantu melakukan penelitian, menggunakan temuan ini untuk merancang penghentian insentif merokok bagi lebih dari 200.000 karyawan.
"Para pengusaha besar menghabiskan rata-rata $ 800 sampai $ 900 per karyawan per tahun " kata Dr Halpern, salah seorang peneliti. Ia menambahkan bahwa pengeluaran kesehatan naik hampir dua kali lipat dalam lima tahun.
0 Response to "Hukuman Denda Lebih Efektif “Memaksa” Orang Berhenti Merokok"
Post a Comment